Reportase Kegiatan FORUM NASIONAL III FILANTROPI KESEHATAN Pendanaan Kesehatan Pada Fase Pemulihan Pandemi COVID-19: Bagaimana Peranan Filantropi?

Reportase Kegiatan FORUM NASIONAL III FILANTROPI KESEHATAN Pendanaan Kesehatan Pada Fase Pemulihan Pandemi COVID-19: Bagaimana Peranan Filantropi?

Reportase

Reportase Kegiatan

FORUM NASIONAL III FILANTROPI KESEHATAN
Pendanaan Kesehatan Pada Fase Pemulihan Pandemi COVID-19: Bagaimana Peranan Filantropi?

15 – 16 November 2022


PKMK –Yogya. Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (PKMK FK-KMK) Universitas Gadjah Mada (UGM) dengan didukung oleh International Pharmaceutical Manufacturers Group (IPMG) menyelenggarakan Forum Nasional III Filantropi Kesehatan. Dengan topik Pendanaan Kesehatan pada Fase Pemulihan Pandemi COVID-19: Bagaimana Peranan Filantropi?. Forum nasional diadakan secara daring melalui Zoom meeting dan kanal Youtube PKMK FK-KMK UGM selama dua hari, yakni 15 hingga 16 November 2022. Forum ini dihadiri para tokoh pemerintah, pengambil kebijakan, organisasi filantropi, peneliti/ akademisi, mahasiswa pasca sarjana, dan media.

Kegiatan diawali dengan pengantar oleh Prof. dr. Laksono Trisnantoro, M.Sc., Ph.D. selaku Guru Besar FK-KMK UGM dan Staf Khusus Menteri Kesehatan Bidang Ketahanan (Resiliency) Industri Obat dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan. Laksono memaparkan perlunya skema pembiayaan berkelanjutan dan berkeadilan dalam rangka penguatan sistem kesehatan terutama untuk merespon pandemi. Filantropi memiliki peran yang potensial melalui dua tipe penggalangan dana, yakni tipe crowdfunding dan konglomerat dimana nilai rupiah yang disumbang besar oleh perorangan.

Selanjutnya, Dekan FK-KMK UGM, dr. Yodi Mahendradhata, M.Sc., Ph.D., FRSPH membuka kegiatan dengan memaparkan mengenai kesiapan menghadapi pandemi berikutnya dengan belajar dari penanganan pandemi COVID-19. Salah satu pembelajaran yang diperoleh adalah pentingnya peran filantropi melalui semangat gotong royong dan peningkatan solidaritas. Filantropi berperan besar dalam melengkapi kehadiran program pemerintah.


Hari Pertama

Sesi 1: Tinjauan Umum Filantropi Kesehatan di Era Jaminan Kesehatan Nasional

Sesi pertama dibuka oleh dr. Yodi Mahendradhata, M.Sc., Ph.D., FRSPH sebagai moderator dengan keynote speaker Dr. Dra. Lucia Rizka Andalucia, Apt., M.Pharm., MARS selaku Plt. Kepala Badan Kebijakan dan Pembangunan Kesehatan. Lucia menjelaskan bahwa filantropi memiliki peran besar dalam penanganan pandemi dan penguatan sistem kesehatan. Filantropi juga turut andil dalam mewujudkan Financial Intermediary Fund bersama 15 negara G20 dalam rangka upaya persiapan, pencegahan, dan respon terhadap pandemi yang lebih baik. Terkait pengelolaan anggaran yang bersumber dari filantropi, pemerintah berencana menyusun wadah khusus.

Pembicara kedua, Eddy Henry selaku Head of Early Childhood Education and Development Tanoto Foundation menjelaskan implementasi filantropi untuk Indonesia dan sistem yang dapat dibangun. Tanoto Foundation, lembaga filantropi berbasis yayasan keluarga yang berdiri sejak 1981 memberikan dampak dengan berfokus pada hasil, berbasis bukti ilmiah, dan menjalin kemitraan. Eddy juga mengungkapkan bahwa filantropi memiliki kesempatan besar di antaranya dalam penyelarasan program pemerintah, pendanaan katalis, penerapan insentif, dan pembentukan ekosistem.

Pada sesi ini, terdapat dua panelis pembahas yakni dr. Untung Suseno Sutarjo, M.Kes. selaku Pejabat Fungsional Analis Kebijakan Ahli Utama dan Dr. M. Ramadhan, M.E., Ak., C.A. yang merupakan Anggota Kompartemen Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI).

Untung menjelaskan bahwa beban pelayanan kesehatan meningkat dan program-program kesehatan terhambat akibat keterbatasan sumber daya selama pandemi COVID-19. Peran filantropi sangat dibutuhkan terutama dalam mengoptimalkan pelayanan primer, memperkuat sumber daya manusia, dan resiliensi. Berlatar belakang hal tersebut, tentu dibutuhkan pembiayaan kesehatan yang berkelanjutan. Poin penting untuk memastikan keberlanjutan pembiayaan kesehatan adalah kredibilitas yang dibangun salah satunya dengan manajemen keuangan yang transparan, efektif, dan efisien.

Ramadhan memaparkan kondisi pelayanan kesehatan selama pandemi COVID-19 dimana terjadi kekurangan fasilitas maupun alat penunjang kesehatan di berbagai rumah sakit di Indonesia. Ramadhan selaku perwakilan PERSI berterima kasih atas peran serta filantropi dalam membantu mengoptimalkan fasilitas layanan dan pembiayaan kesehatan terutama selama pandemi COVID-19. Ramadhan juga berharap agar lebih banyak lagi diadakan forum diskusi antarpenyelenggara pelayanan kesehatan dengan filantropi untuk menunjang penguatan sistem kesehatan yang berkesinambungan.

 Sesi 2: Filantropi Kesehatan dalam Kaca Mata Business Development

Diskusi sesi kedua dimoderatori oleh Martina Sinta Kristanti, Ns., M.N., Ph.D., dosen FK-KMK UGM. Pada sesi ini terdapat tiga pembicara, yakni Gusman Yahya, MIB. dari Perhimpunan Filantropi Indonesia, Dini Indrawati Septiani, M.Psi. dari Asian Venture Philanthropy Network (AVPN) dan Inge Sanitasia Kusuma, M.M. dari International Pharmaceutical Manufacturers Group (IPMG).

Gusman memaparkan tren pendanaan filantropi yang kini telah berkembang dari tradisi pemberian bantuan menjadi investasi sosial yang berfokus pada keberlanjutan. Hal tersebut ditunjukkan dari peran filantropi selama masa pemulihan pandemi COVID-19 di antaranya meliputi penguatan kapasitas lembaga, penguatan jejaring, pengembangan pendanaan inovatif, dan aksi kolektif. Gusman pun menambahkan bahwa dana filantropi dapat menjadi katalis untuk memikat dan memungkinkan investasi pada sektor swasta sebagai dana de-risking.

Pembicara kedua, menjelaskan jejaring filantropi dan penerapannya dalam sektor kesehatan. AVPN adalah suatu jaringan dengan anggota yang berasal dari berbagai latar belakang dan kapasitas yang bertujuan menjadi ecosystem builder untuk membawa program berdampak keberlanjutan. AVPN dapat mengkatalis dan mendukung pendanaan tak terbatas bagi para anggotanya. Pendanaan tersebut juga mencakup program pada sektor kesehatan meliputi optimalisasi pelayanan kesehatan primer, pemulihan COVID-19 dan resiliensi, kesehatan ibu dan bayi, serta kesehatan dan gizi anak.

Pembicara ketiga, memaparkan “Dukungan Filantropi untuk Mendukung Ketahanan Logistik”. IPMG melaporkan beberapa program dalam penanganan COVID-19 yang berfokus pada dampak internal berupa meningkatkan kesejahteraan dan kesehatan karyawan beserta keluarga, dampak eksternal berupa kontribusi kepada pemerintah dan masyarakat melalui donasi dan dukungan sistem eksehatan, serta ketahanan logistik dengan memastikan ketersediaan obat dan vaksin yang berkelanjutan. Inge menambahkan bahwa filantropi kesehatan merupakan komitmen industri farmasi sebagai bagian dari program sustainability korporasi, filantropi berperan dalam pembangunan dan peningkatan kapabilitas tenaga kesehatan dan masyarakat menuju perbaikan sistem kesehatan nasional, serta diperlukan kemitraan strategis antarsektoral di dalam dan antarnegara untuk mempercepat fase pemulihan dan rencana kesiapsiagaan pandemi nasional.


Hari Kedua: 16 November 2022

Sesi 1: Implementasi Filantropi Kesehatan di Masyarakat

Sesi 1 dimoderatori oleh Shita Listya Dewi, S.E., M.M., MPP selaku Kepala Divisi Kesehatan Masyarakat PKMK FK-KMK UGM.

Pembicara pertama, dr. Yeni Purnamasari, MKM., yang merupakan General Manager Kesehatan Dompet Dhuafa memaparkan upaya human empowerment di kala pandemi COVID-19. Dompet Dhuafa menyusun program Crisis Center Cekal Corona (C4) tahun 2020-2021 yang di antaranya meliputi layanan isolasi mandiri dan dukungan gizi, bantuan logistik dan hygiene kit, layanan ambulans, aksi Dompet Dhuafa Volunteer, posko bersama crisis center COVID-19, dan kawasan cekal Corona. Selain isu kesehatan, Dompet Dhuafa juga membantu penanganan dampak pandemi pada sektor pendidikan yang diimplementasikan dengan beasiswa bagi mahasiswa terdampak.

Pembicara kedua, apt. Gde Yulian, M.Epid, selaku peneliti dan konsultan PKMK FK-KMK UGM menuturkan bahwa penanganan pandemi COVID-19 oleh organisasi filantropi sebagian besar berfokus pada fase tanggap/ respons dan belum banyak menyentuh fase rehabilitasi. Gde menambahkan untuk mendukung upaya pemulihan bencana, organisasi sebaiknya memiliki data dasar dalam rencana kontingensi, inklusif terhadap transformasi sistem kesehatan, terlatih melakukan rapid health assessment, familiar dalam melakukan damage and loss assessment atau perencanaan post disaster need assessment (PDNA), dan interoperabel serta akomodatif terhadap mobilisasi sumber daya eksternal.

Wuri Handayani, S.E., Ak., M.Si., M.A., Ph.D sebagai pembicara ketiga menilai bahwa mobilitas sumber daya berupa modal sosial dapat menjadi alternatif mengatasi COVID-19 beserta dampaknya. Wuri bersama beberapa tokoh (salah satunya adalah Rimawan Pradiptyo, S.E, M.Sc., Ph.D.) membentuk Sambatan Orang Jogja (SONJO) untuk mengupayakan hal tersebut. Kegiatan yang telah dilakukan SONJO diantaranya penyaluran bantuan, pengembangan database shelter, SONJO Husada Tangguh atau kolaborasi dengan para donor untuk mendukung shelter dan kegiatan kerelawanan, vaksinasi jimpitan, dan berbagai program penguatan ekonomi masyarakat.

Sesi 2: Harapan Filantropi Kesehatan di Masa Mendatang

Dr. dr. Jodi Visnu, MPH., selaku Team Leader Filantropi Kesehatan PKMK FK-KMK UGM, membuka sesi kedua yang menghadirkan tiga pembicara.

Pembicara pertama, M. Arifin Purwakananta, MIkom., sebagai Deputi Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Republik Indonesia memaparkan hasil riset BAZNAS mengenai potensi zakat nasional yang mencapai Rp 327,6 triliun dan menjadikan filantropi berbasis keagamaan sebagai kontributor tertinggi dalam riset Perhimpunan Filantropi Indonesia (PFI). Besarnya potensi tersebut sejalan dengan laporan Charity Aid Foundation yang mengidentifikasi Indonesia sebagai negara nomor satu tingkat kedermawanannya. Arifin menambahkan bahwa upaya penanganan COVID-19 menjadikan kesehatan sebagai lima besar sektor dengan kontribusi tertinggi (17%) dalam PFI.

Sebagai pembicara kedua, sekretaris badan pengurus PFI, Hamid Abidin, S.S., M.Si., menjelaskan upaya penguatan akuntabilitas organisasi filantropi melalui regulasi eksternal oleh pemerintah, internal oleh organisasi, serta edukasi terhadap donor. Dalam implementasinya, terdapat berbagai persoalan seperti banyaknya peraturan yang sudah tidak relevan, regulasi yang bersifat restriktif dan birokratif, kurangnya pengawasan, dan minimnya insentif. Berlatar belakang hal tersebut, lahirlah upaya revisi Undang Undang Nomor 19 Tahun 1961 mengenai Pengumpulan Uang dan Barang (PUB) lewat Permensos Nomor 8 Tahun 2021 yang membahas bahwa PUB hanya dapat dilakukan melalui organisasi kemasyarakatan yang berbadan hukum; Permensos ini masih memiliki banyak celah tatkala banyak influencer dan berbagai program penggalangan dana yang tidak dapat dibentung saat terjadi bencana. Hamid juga mendorong pemberian apresiasi dari pemerintah melalui insentif pajak untuk mendorong motivasi berderma.

Pembicara ketiga, Dr. Arif Yunianto, S.E., M.Si. dari Direktorat Jenderal Pajak memaparkan mengenai potensi dan tantangan super tax deduction dalam sektor filantropi. Pada dasarnya, insentif pajak dapat diberikan bagi wajib pajak yang mengadakan penelitian pengembangan dan industri yang melaksanakan program pendidikan vokasi. Indonesia belum memiliki pilihan yang rumit berkaitan dengan super tax deduction. Mekanisme yang ada masih ditujukan untuk mengawasi berbagai program. Harapannya di masa depan dapat terwujud tax deduction bagi filantropi kesehatan untuk mendukung akuntabilitas.

Kesimpulan dan Penutup

Dr. dr. Jodi Visnu, MPH. menutup kegiatan Forum Nasional III Filantropi Kesehatan dengan menyampaikan beberapa hal. Pandemi COVID-19 menjadi kesempatan sekaligus pembelajaran bagi Indonesia mengenai pentingnya penguatan arsitektur kesehatan global guna memastikan sistem kesehatan andal di tingkat nasional, regional, dan global. Upaya perbaikan sistem  kesehatan Indonesia didasarkan pada enam pilar transformasi kesehatan dengan sinergi dan kolaborasi kemitraan antara pemerintah dan organisasi non pemerintah. Sinergi dan kolaborasi dibutuhkan agar setiap masyarakat mendapatkan hak untuk sehat secara menyeluruh.

Jejaring kemitraan atau rantai donasi dapat berperan dalam penguatan sistem keuangan organisasi pelayanan kesehatan. Telah terbukti bahwa donasi kemanusiaan oleh filantropi memberikan kontribusi signifikan dalam penanganan pandemi COVID-19, terlebih pada fase pemulihan. Pembiayaan dari sektor filantropi diharapkan dapat menjadi modal setiap negara untuk memperkuat kapasitas dalam mengantisipasi pandemi di masa mendatang dengan strategi yang lebih efektif.

Reporter: Tim Filantropi Kesehatan PKMK UGM


Materi dan Video Rekaman Kegiatan Klik DI SINI