Upaya pemenuhan kebutuhan anak dengan disabilitas fisik di negara-negara berpendapatan rendah dan menengah masih menghadapi tantangan besar. Berbagai studi menunjukkan bahwa anak dengan disabilitas sering mengalami hambatan dalam mengakses layanan kesehatan, pendidikan, dan dukungan sosial akibat keterbatasan fasilitas, biaya tinggi, serta stigma yang masih kuat di masyarakat. Model pelayanan tradisional sering kali tidak mampu menyediakan perawatan komprehensif mulai dari identifikasi dini, intervensi medis, rehabilitasi, hingga reintegrasi sosial secara terjangkau dan berkelanjutan. Kondisi ini menuntut adanya pendekatan inovatif yang mampu menjembatani kesenjangan layanan, terutama bagi keluarga yang secara sosial dan ekonomi rentan.
Salah satu pendekatan yang menunjukkan hasil menjanjikan adalah model kemitraan antara sektor privat dan organisasi non-profit. Kolaborasi ini menggabungkan kekuatan masing-masing pihak: kapasitas teknis dan infrastruktur sektor privat dengan orientasi sosial dan jangkauan komunitas dari sektor non-profit. Melalui integrasi layanan dalam satu alur: identifikasi melalui kegiatan lapangan, perawatan medis terpadu, rehabilitasi berkelanjutan, hingga dukungan untuk kembali bersekolah atau berpartisipasi dalam masyarakat, model ini mampu meningkatkan keterjangkauan, ketersediaan, dan keberterimaan layanan. Pendekatan seperti ini memberikan kerangka yang dapat direplikasi di berbagai konteks sumber daya terbatas untuk memastikan anak dengan disabilitas fisik memperoleh peluang yang setara untuk tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi penuh dalam kehidupan sosial.
Artikel selengkapnya https://www.frontiersin.org/journals/public-health/articles/10.3389/fpubh.2025.1438992/full