Terlepas dari tren donasi digital yang terus meningkat, penelitian menemukan bahwa 24 persen responden masih enggan melakukan donasi digital. Alasan utama yang dikemukakan adalah kurangnya pengetahuan tentang platform donasi digital dan kurangnya transparansi tentang bagaimana donasi akan digunakan.
Namun, sebagian besar responden menyatakan bahwa mereka akan bersedia untuk memberikan donasi digital jika mereka tahu dimana uang itu akan dialokasikan. Karena donasi digital menjadi lebih umum dalam mengumpulkan dukungan kolektif di antara masyarakat, mereka yang aktif dalam ekosistem donasi digital perlu memastikan kredibilitas dan transparansi mereka dalam penggalangan dana dan memastikan bahwa donasi dialokasikan dengan benar kepada mereka yang membutuhkan untuk membangun dan memelihara kepercayaan diantara para donator publik.
Untuk platform crowdfunding, meningkatkan pengalaman pengguna dan menambahkan lebih banyak fitur seperti auto-debit untuk mendukung donasi berulang dapat membantu menumbuhkan basis donor. Dalam konteks pandemi COVID-19, donasi digital dapat memainkan peran penting dalam berkontribusi pada pemulihan Indonesia dari pandemi dan kembali ke jalur untuk mencapai pembangunan berkelanjutan.
Artikel ini dipublikasikan pada 2021 di The Jakarta Post, selengkapnya https://www.thejakartapost.com/academia/2021/03/05/digital-donations—new-potential-to-accelerate-philanthropy-.html