The Foundation for the National Institutes of Health (FNIH) hari ini mengumumkan peluncuran kemitraan pemerintah-swasta baru untuk mengembangkan tools guna mengidentifikasi wanita hamil yang berisiko tinggi terkena preeklampsia dini. Proyek ini merupakan bagian dari Konsorsium Biomarker FNIH dan merupakan kolaborasi dengan National Intitutes of Health (NIH) dan delapan mitra lainnya yang mewakili perusahaan ilmu hayati, akademisi, serta organisasi nirlaba dan advokasi pasien.
Preeklamsia adalah kelainan hipertensi serius terkait kehamilan yang dapat menyebabkan kematian ibu dan bayi serta dampak kesehatan negatif jangka panjang. Gangguan ini menjadi lebih umum di Amerika Serikat, dimana perempuan kulit berwarna lebih mungkin terkena dampaknya dan mengalami hasil yang buruk. Mengidentifikasi wanita pada awal kehamilan yang mempunyai risiko lebih tinggi untuk mengalami kelainan ini akan memungkinkan intervensi klinis yang dapat memberikan perbaikan besar pada hasil akhir kehamilan, khususnya bagi masyarakat kurang terlayani yang telah menanggung beban tertinggi preeklampsia.
“Peningkatan angka kematian ibu yang mengkhawatirkan di Amerika Serikat tidak dapat diterima, dan preeklamsia adalah penyebab utamanya,” kata Julie Gerberding, MD, MPH, Presiden dan CEO FNIH. “Sangat penting bagi kita untuk menemukan solusi yang memungkinkan penelitian baru di bidang kesehatan ibu dan menghasilkan perawatan klinis yang lebih baik serta hasil yang lebih baik bagi semua calon ibu.”
Lebih dari 70.000 wanita dan 500.000 bayi baru lahir meninggal setiap tahun akibat preeklampsia di seluruh dunia. Di Amerika Serikat, preeklamsia hanya dapat didiagnosis secara klinis, sering kali terlambat prosesnya setelah terjadi kerusakan organ dan mungkin diperlukan persalinan prematur. Saat ini, risiko preeklamsia ditentukan pada awal kehamilan dengan menggunakan kombinasi riwayat kesehatan ibu dan faktor risiko klinis.
Proyek berdurasi tiga tahun ini menyatukan para pemangku kepentingan utama di bidang kesehatan ibu dan anak untuk mengevaluasi nilai prediktif dari dua biomarker yang bersirkulasi—faktor pertumbuhan plasenta (PIGF) dan pregnancy-associated plasma protein-A (PAPP-A)—selama trimester pertama kehamilan. Proyek ini akan menggunakan data pasien dan sampel yang disimpan dari lebih dari 25.000 kehamilan yang mewakili keragaman etnis dan ras yang ditemukan dalam populasi Amerika Utara.
“Kami memainkan peran penting dalam kemitraan publik-swasta ini dengan memberikan dukungan keuangan dan akses terhadap sampel bio dan data dari kelompok yang kami dukung,” kata Diana W. Bianchi, MD, Direktur the Eunice Kennedy Shriver National Institute of Child Health and Human Development (NICHD). “Proyek ini adalah salah satu contoh bagaimana NIH berupaya menciptakan kemitraan publik-swasta sebagaimana dijelaskan dalam rekomendasi Satuan Tugas Penelitian Khusus untuk Pregnant Women and Lactating Women (PRGLAC).”
Pada akhir penelitian, tim proyek akan menyerahkan surat niat kepada Program Kualifikasi Biomarker Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA), sebuah langkah penting untuk mendapatkan persetujuan peraturan dari FDA untuk penggunaan lebih lanjut dari biomarker ini. Dengan persetujuan FDA, biomarker ini dapat membantu mengidentifikasi individu hamil yang berisiko mengalami preeklampsia dini, dan berpotensi memberikan informasi dalam pengambilan keputusan tentang penggunaan intervensi terapeutik dan memfasilitasi pendaftaran dalam uji klinis untuk pengobatan di masa depan.
“Proyek FNIH adalah kemitraan publik-swasta pertama di Amerika Serikat yang mendeteksi biomarker preeklamsia dini,” kata Tania Kamphaus, MSc, PhD, Direktur Gangguan Metabolik FNIH. “Biomarker ini belum pernah diuji pada populasi di Amerika Serikat, meskipun tersedia di Eropa.”
Kemitraan publik-swasta ini didukung oleh NICHD, Bill & Melinda Gates Foundation, Merck for Mothers, Preeclampsia Foundation, Thermo Fisher Scientific, Revvity, Cedars-Sinai, The Ohio State University Wexner Medical Center, dan George Washington University.