Transformasi Data Kesehatan untuk Aksi Tanggap Darurat

Transformasi Data Kesehatan untuk Aksi Tanggap Darurat

Berita

Aplikasi kajian cepat kesehatan membantu tenaga kesehatan untuk cepat mengidentifikasi kebutuhan kelompok paling rentan dalam tanggap darurat.

Sebagai salah satu negara yang paling rawan bencana di dunia, Indonesia harus berpacu dengan waktu dalam upaya tanggap darurat. Tantangan  dari sebuah populasi besar yang tersebar di berbagai medan yang sulit se-nusantara dan kurangnya informasi yang memadai dari lapangan kerap menimbulkan masalah dalam memberikan bantuan kepada mereka yang paling membutuhkan selama krisis.

Guna mempercepat upaya awal tanggap darurat, Pusat Krisis Kesehatan dari Kementerian Kesehatan telah bekerja sama dengan UNICEF dalam mengembangkan aplikasi kajian cepat  kesehatan (Rapid Health Assessment atau RHA). Aplikasi digital yang menggantikan sistem berbasis kertas  bertujuan untuk mengidentifikasi dan menanggapi kebutuhan kesehatan dari kelompok rentan selama tahap awal tanggap darurat.

Aplikasi ini utamanya ditujukan untuk tenaga kesehatan kabupaten dan provinsi setempat guna mencatat dan melaporkan data yang dibutuhkan terkait bencana atau kedaruratan, termasuk wabah seperti pandemi COVID-19. Data terbaru dari lapangan mengenai kelompok rentan dari populasi yang terkena dampak, sumber daya yang dibutuhkan, dan kebutuhan logistik lainnya dapat segera digunakan oleh pemerintah pusat dan daerah untuk membuat keputusan yang tepat dan mengurangi risiko sejak dini.

Dasbor aplikasi penilaian cepat masalah kesehatan.

“Aplikasi ini tepat seperti yang selalu kami butuhkan, dibandingkan dengan RHA manual yang menggunakan formulir kertas yang kami gunakan selama ini,” kata Rini Supardan, analis krisis kesehatan dari Dinas Kesehatan Provinsi Riau.

“Kami dapat mengakses aplikasi ini di ponsel kami, jadi saya bisa membayangkan bahwa lebih banyak orang akan sangat terbantu berkat kajian cepat ini.”

Provinsi Riau menghadapi salah satu kebakaran hutan terburuknya pada tahun 2018 dan 2019. Rini mengenang bagaimana minimnya data terkini dan yang terarsip dengan baik karena pelaporan manual membuatnya kesulitan dalam memberikan layanan dini pada kelompok yang paling berisiko, khususnya kelompokibu dan anak.

Ia merasa lega setelah mempelajari aplikasi RHA saat mengikuti lokakarya di bulan Agustus 2022. Lokakarya tersebut adalah salah satu dari empat lokakarya yang diselenggarakan oleh Pusat Krisis Kesehatan di Jawa Barat tahun ini, yang bertujuan untuk memperkenalkan aplikasi ini kepada tenaga kesehatan se-Indonesia.

Dalam pembukaan rangkaian lokakarya, Dr. Eka Jusup Singka, yang saat itu menjabat sebagai Kepala Pusat Krisis Kesehatan, menekankan perlunya kajian cepat kesehatan untuk mengidentifikasi bahaya, kerentanan, dan kapasitas dari populasi terdampak yang dapat digunakan secara mobile. 

“Kajian cepat kesehatan adalah kunci dari tanggap darurat,” tuturnya.

Tiga lokakarya terkait RHA  diselenggarakan pada tahun 2022 ini, melibatkan partisipasi 164 tenaga kesehatan, yaitu dari 130 dinas kesehatan kabupaten/kota dan 34 dinas kesehatan provinsi.

Aplikasi RHA merupakan bagian dari upaya Indonesia dalam mewujudkan transformasi digital yang merata, yang adalah salah satu prioritas utama dalam memimpin G20 tahun ini. Peralihan digital akan mendukung masyarakat dan tenaga kesehatan untuk dapat melindungi 270 juta penduduk Indonesia dengan lebih baik dan cepat, terutama di saat setiap detik menjadi amat penting dalam menyelamatkan nyawa.


Sumber: https://www.unicef.org/indonesia/id/kesehatan/cerita/transformasi-data-kesehatan-untuk-aksi-tanggap-darurat