Filantropi Masa Depan Berorientasi pada Dampak Sosial Berkelanjutan

Filantropi Masa Depan Berorientasi pada Dampak Sosial Berkelanjutan

Berita

DENPASAR, – Kegiatan filantropi selama ini diidentikkan dengan memberikan bantuan kepada pihak yang membutuhkan. Namun seiring waktu berjalan, filantropi mulai menemukan relevansinya supaya kegiatan yang dijalankan dapat memberikan dampak jauh lebih besar kepada masyarakat.

Hal tersebut diungkapkan oleh CEO Global Tanoto Foundation, J. Satrijo Tanudjojo dalam sesi diskusi “The Future of Social Investments in the Asian Decade” yang merupakan rangkaian acara “Asian Venture Philanthropy Network (AVPN) Global Conference 2022” yang digelar di Nusa Dua Bali pekan lalu.

Menurut Satrijo, kegiatan filantropi telah berubah dari hanya tindakan memberikan bantuan sosial, menjadi investasi sosial. Dengan menggunakan terminologi ini, kegiatan filantropi fokus kepada dampak atau hasil atas program-program yang dilaksanakan.

“Dalam bisnis, investasi berarti akan ada keuntungan atau profit. Tetapi investasi sosial tidak selalu soal profit. Lebih dari itu, investasi sosial akan memberikan dampak. Jadi, yang pertama adalah dampak apa yang bisa diberikan,” ujar dia dalam keterangan tertulis, Senin (27/6).

Ditambahkan oleh Satrijo, dengan fokus kepada dampak atau hasil maka kegiatan filantropi yang dilaksanakan bisa menjawab persoalan-persoalan besar yang ada di sebuah negara.Seperti halnya di Indonesia, masyarakat kini mampu mengakses pendidikan dasar dan menengah karena jumlah sekolah yang telah memadai. Namun di sisi lain, ada persoalan dalam hal kualitas guru yang masih perlu ditingkatkan. Dengan mempertimbangkan kondisi tersebut, Tanoto Foundation melalui salah satu programnya, fokus pada upaya peningkatan kualitas guru di Indonesia.

Tanoto Foundation juga menjalankan program lain yang fokus pada upaya peningkatan kualitas pendidikan anak usia dini (PAUD). Hal ini dilakukan sebagai upaya memastikan agar setiap anak tumbuh dan berkembang sesuai dengan tahapan usianya, serta siap menempuh pendidikan dasar.

“Tanoto Foundation pun memutuskan untuk fokus pada pendidikan usia dini, serta peningkatan kualitas guru dan kepala sekolah. Itulah kenapa kami berinvestasi sangat besar dalam bidang tersebut hingga saat ini. Dalam pelaksanaannya kami bekerja sama dengan pemerintah sebagai mitra, dan organisasi lain,” jelas Satrijo.

Kemudian saat pandemi Covid-19 melanda seluruh dunia termasuk Indonesia, Tanoto Foundation memutuskan terlibat dalam berbagai upaya untuk membantu pemerintah dan masyarakat agar kegiatan pendidikan dapat terus berjalan. Salah satu yang dilakukan adalah mendorong digitalisasi dalam kegiatan belajar-mengajar.

“Menurut kami, Covid-19 telah mengajarkan kita satu hal, yakni kita bisa mengerjakan sesuatu dengan cara yang berbeda. Oleh sebab itu, strategi kami adalah kemitraan yang berlandaskan pada bukti dan dampak,” ungkap Satrijo.

Sependapat dengan pernyataan Satrijo, Deputi CEO Temasek Trust, Boon Heong Ng mengatakan bahwa filantropi tidak lagi sekadar memberikan uang, namun harus ada tujuan akhir dari kegiatan yang dijalankan.

Diungkapkan oleh Boon Heong, saat ini Temasek Trust tak lagi sekedar memberikan dana hibah, tapi mulai fokus kepada program investasi berdampak (impact investing). Program tersebut telah dilaksanakan oleh Temasek Trust dalam tiga tahun terakhir.

“Keberhasilan ini memvalidasi analisis atau tesis kami tentang potensi dan peluang untuk tetap menerapkan investasi berdampak di Asia dalam rangka memenuhi tuntutan SDG, dan kami tetap mendapat keuntungan dari modal swasta,” jelas dia.

Sebagai informasi, Tanoto Foundation adalah organisasi filantropi independen di bidang pendidikan yang didirikan oleh Sukanto Tanoto dan Tinah Bingei Tanoto pada 1981. Selama 40 tahun pengabdiannya selalu fokus untuk menciptakan dampak yang lebih luas kepada masyarakat.

Sumber : Investor Daily