Mendongkrak Potensi Wakaf Saat Ramadhan

Mendongkrak Potensi Wakaf Saat Ramadhan

Berita

Wakaf menjadi salah satu elemen filantropi Islam yang diharapkan bisa terdongkrak selama Ramadhan. Terlebih, potensi wakaf di Indonesia mencapai 180 Triliun rupiah. Nilai tersebut masih timpang jika dibandingkan dengan realisasinya senilai 1,4 triliun rupiah yang dirilis pada 2022.

Ketua Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) Badan Wakaf Indonesia (BWI) Nurul Huda mengatakan, momentum Ramadhan memang menjadi momen tepat untuk menggalakkan literasi dan penghimpunan wakaf.

“Karena biasanya kan behaviour umat kita menganggap bahwa ketika kita melakukan ibadah apapun di bulan Ramadhan maka ganjarannya akan berlipat-lipat. Tentu momen ini menjadi momen yang tepat bagi filantropi untuk memanfaatkan ini,” kata Huda saat dihubungi Republika, Kamis (9/3/2023).

Saat ini, kata dia, filantropi dan nazir melakukan pendekatan digital untuk menggalakkan literasi. Segmentasinya pun dinilai harus dibagi dari perguruan tinggi, lembaga, dan elemen lainnya. Pembagian segmentasi itu pun dinilai dapat membuat sosialisasi menjadi lebih terarah. “Ketika kita melakukan penghimpunan wakaf, pembagian segmentasi ini bisa lebih produktif,” ujarnya.

Pihaknya menyebutkan, BWI memiliki program pelatihan untuk para nazir dalam mengisi Ramadhan. Hal tersebut didukung oleh lembaga-lembaga seperti Bank Indonesia yang telah bekerja sama dengan BWI. “Nah, ini di bulan Ramadhan ini kita siapkan,” kata Huda. Huda menambahkan, potensi wakaf sangat besar, terlebih wakaf uang. Berdasarkan catatannya, pada Januari 2023 saja, IPB telah mendulang wakaf uang sebesar Rp 300 miliar yang masuk ke dalam wakaf temporer.

Strategi Filantropi

General Manager Wakaf Dompet Dhuafa Bobby Manulang mengatakan, literasi wakaf di Tanah Air memang sedang digalakkan. Dia menyebut aktivitas pengembangan literasi wakaf masih menjadi agenda utama Dompet Dhuafa. Menurut Bobby, Ramadhan akan dijadikan momentum untuk lebih menggiatkan penyampaian informasi tentang wakaf.

“Termasuk pengembangan notulennya yang mana antusiasme masyarakat dan juga mungkin religiositas temporer masyarakat lebih tinggi dibanding di waktu-waktu lain,” kata Bobby.

Lembaga filantropi yang dibidani Republika ini pun memiliki dua sasaran dalam fundraising. Pertama, fokus kepada sasaran ritel atau perseorangan. Kedua, kelembagaan seperti korporasi organisasi atau komunitas. Dua hal berbeda itulah yang senantiasa dirawat sebagai agenda Dompet Dhuafa.

Dia melanjutkan, kedua segmen tersebut selain menggunakan metode digital juga masih menggunakan metode yang sedikit konvensional. Artinya, secara fisik tetap melakukan pendekatan penyebaran informasi kepada masyarakat lewat brosur, membuka beberapa konter di tempat-tempat keramaian, seperti mal dan seterusnya. Sebab, menurut Bobby, segmentasi wakaf ini masih banyak yang bersumber dari warga senior. “Sehingga senior citizen yang belum digital minded, kita juga tetap menyediakan ruang dan aktivitas mengenai wakaf di sana,” ujar dia.

Dalam aspek digital, pihaknya akan melakukan aktivasi kanal-kanal untuk menyasar donatur milenial, baik gen X maupun gen Y, yang mungkin saat ini lebih banyak melakukan aktivitas transaksi di media digital.

“Jadi, milenial menjadi tumpuan kita untuk bisa menjadi segmen donatur yang aktif, kita harapkan segmen ini porsinya menjadi lebih besar karena ini generasi yang tingkat awareness-nya masih rendah soal wakaf,” ujar dia.

Lewat konsistensi literasi wakaf yang digulirkan, pihaknya berharap suatu saat mereka bisa menjadi donatur wakaf. “Yang usianya lebih senior memang relatif lebih sulit. Karena mereka masih ter-mindset kalau filantropi itu masih yang sifatnya wajib, seperti zakat dan sedekah,” ujar Bobby.

Dia pun menambahkan, Dompet Dhuafa juga akan menampilkan kepada publik tentang pengembangan nazir dalam mengelola aset wakafnya. Caranya dari memberikan informasi bagaimana pertumbuhan aset wakaf yang dikelola, pertumbuhan dalam nilai asetnya, maupun pertumbuhan dalam pengertian seberapa besar penerima manfaat dari layanan aset-aset wakaf tersebut.

Dia mencontohkan, sudah banyak rumah sakit hasil wakaf yang dikelola DD dapat melayani masyarakat. Rumah sakit tersebut sudah memberikan nilai manfaat kepada maukuf alaih (penerima manfaat)-nya. Contoh berikutnya yakni sekolah.

Menurut dia, banyak sekolah hasil wakaf memiliki prestasi lulusan-lulusannya sehingga ini bisa menjadi indikator pilihan masyarakat karena bisa menyajikan kualitas pendidikan yang baik.

Dari aspek pertumbuhan nilainya, kata dia, Dompet Dhuafa akan menampilkan portofolio perkembangan pertumbuhan aset wakaf. Misalnya, rumah sakit yang tadinya hanya memiliki empat poli, sekarang sudah memiliki 5-6 poli. Mereka pun sudah memiliki beberapa fasilitas tambahan, seperti poli cuci darah, saat ini sudah mempunyai poli cuci darah, jantung, hingga radiologi.

“Yang terakhir, kami akan menyampaikan bagaimana Nazir sudah masuk ke dalam ekosistem syariah, terutama bagaimana nazir dengan harta benda wakafnya sudah mulai men-challenge adanya hubungan atau korelasi seperti penyedia jasa instrumen keuangan,” ujar dia.

Dia menjelaskan, beragam kebutuhan permodalan harta benda wakaf sudah mulai diprospektuskan dan ditawarkan kepada jasa-jasa industri keuangan dan pembiayaan sehingga permodalannya bisa diakses.

Polanya, ujar dia, bisa melalui crowdfunding, reksa dana, atau instrumen keuangan lainnya. Hal tersebut, ujar dia, merupakan salah satu metode kolaborasi antara nazir wakaf dan industri keuangan. Para investor pun yang belum terpapar dengan wakaf akan mengetahui persis ada manfaat wakaf.

“Kita sudah memiliki dan campaign bersama reksa dana bermanfaat wakaf dengan sejauh ini sudah mencapai total asset under management-nya atau AUM-nya Rp 89 miliar dengan total manfaat 800 juta yang diterima DD,”kata dia.

CEO Laznas Baitul Maal Hidayatullah (BMH) Supendik mengatakan, pihaknya berupaya memberikan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya wakaf dan bagaimana cara melakukan wakaf yang benar dan efektif. Bentuknya bisa berupa seminar, workshop, dan kampanye. “Kita juga melakukan peningkatan kualitas pengelolaan wakaf, seperti mengadakan pelatihan dan pengembangan kapasitas nazir,” ujarnya.

Dalam melakukan penghimpunan wakaf uang dalam Ramadhan ini, Supendik menyebut BMH memiliki beberapa strategi. Contohnya, ujar dia, membentuk program unggulan berbasis wakaf, melakukan literasi, menggandeng endorser dan tokoh publik, meningkatkan kemudahan layanan transaksi, baik daring maupun luring, menyasar segmentasi wakaf, dan melakukan kerja sama berbagai platform donasi untuk memberikan kemudahan berwakaf uang.

Sumber: https://www.republika.id/posts/38378/mendongkrak-potensi-wakaf-saat-ramadhan