Reportase Forum Nasional IV Filantropi Kesehatan Hari Kedua

Reportase

PKMK – Telah terlaksana rangkaian hari kedua Forum Nasional IV Filantropi Kesehatan yang diselenggarakan oleh Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada (PKMK FK-KMK UGM) pada Rabu, 11 Oktober 2023 pukul 08.50 – 12.10 WIB secara hybrid di common room PKMK FK-KMK UGM dan zoom meeting dengan mengangkat tema “Implementasi Semangat Kedermawanan di Sektor Kesehatan : Investasi Sosial dan Filantropi yang Berkelanjutan untuk Pemerataan Layanan Kesehatan dan Peningkatan Kualitas Hidup”.

Forum diawali dengan Pengantar yang disampaikan oleh Dr. dr. Jodi Visnu, MPH. bahwa pertemuan pertama telah membahas tentang ketahanan filantropi Indonesia yang tidak mungkin hidup tanpa kolaborasi lintas profesi dan lintas pemangku kebijakan, bahkan peran masyarakat juga memegang peranan kunci. Di mana filantropi adalah suatu kedermawanan yang memiliki prinsip berkelanjutan dan gotong royong. Menjadi tantangan bagaimana implementasi filantropi dalam kerangka JKN di Indonesia. Selain itu, telah dibahas pula mengenai regulasi yang berkaitan dengan pengumpulan uang dan barang. Terakhir, dibahas pula tentang insentif pajak bagi pelaku filantropi di sektor kesehatan.

Kunta Wibawa Dasa Nurgraha, S.E., M.A., Ph.D

Forum kemudian dilanjutkan dengan sesi 1 yang membahas tentang implementasi filantropi kesehatan di masyarakat dengan moderator Dr. dr. Andreasta Meliala, DPH., M.Kes., MAS. Keynote speaker, Kunta Wibawa Dasa Nurgraha, S.E., M.A., Ph.D selaku Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan RI menyampaikan bahwa kementerian mendukung dan mendorong keterlibatan filantropi dalam membantu dalam pemerataan pelayanan kesehatan di Indonesia, seperti banyaknya bantuan saat pandemi COVID-19 kepada masyarakat umum secara luas. Keberadaan filantropi di Indonesia menjadi angin segar bagi pelayanan kesehatan di Indonesia, apalagi persentase Produk Domestik Bruto (PDB) untuk kesehatan yang masih rendah memerlukan bantuan berbagai pihak agar program pelayanan kesehatan untuk membentuk Indonesia Maju dapat tercapai.

 


Moderator kemudian dialihkan kepada Shita Listyadewi SIP., M.M., MPP. Materi kedua terkait “Program Berbagi Kebaikan sebagai Pendukung Layanan Kesehatan : Studi Kasus” disampaikan oleh Dian Chaerani dari Direktur Program Diferensia Foundation. Selama 8 tahun, Lembaga ini banyak berkecimpung dalam social preneur dan pemberdayaan masyarakat. Tujuan utama yang ingin dicapai oleh organisasi ini adalah untuk turut mensukseskan capaian SDGs terutama di Indonesia.

Materi ketiga yakni “Peranan Organisasi Filantropi dalam Kebencanaan” disampaikan oleh Apt. Gde Yulian Yogadhita, M.Epid selaku Konsultan PKMK FK-KMK UGM. Dalam paparannya, Gde menuturkan bahwa investigasi filantropi untuk mitigasi dan kesiapsiagaan pada fase pra bencana masih rendah, padahal impact yang dapat dicapai lebih baik dan lebih berkesinambungan. Selain itu, diperlukan keterikatan dengan pemangku kebijakan agar integrasi antara keinginan yang dimiliki filantropi kesehatan sejalan dengan rencana kesiapsiagaan bencana kesehatan. Terakhir, Gde mengingatkan pentingnya advokasi dan pelibatan akademisi untuk menyusun disaster management financial di level pemangku kebijakan, agar anggaran yang diformulasikan tepat sasaran dan tepat manfaat.

Sutamara Lasurdi Noor, S.Gz., M.Sc

Materi terakhir di sesi ini adalah “Paternality, Infant Feeding Practice, and How to Nourish the Funding for Nutrition” yang disampaikan oleh Sutamara Lasurdi Noor, S.Gz., M.Sc dari Tanoto Foundation. Filantropi, ujar Sutamara, dapat mengambil peran aktif dalam mengadvokasi pentingnya integrasi layanan gizi dalam Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dengan membentuk kemitraan dengan pemerintah, sektor swasta, dan organisasi kesehatan lainnya untuk membahas dan mengidentifikasi cara terbaik mengintegrasikan layanan gizi dalam skenario yang ada. Lalu, filantropi kesehatan juga dapat menyediakan dana atau investasi untuk inisiatif gizi dalam skema Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dimana investasi ini bisa membantu mengurangi beban biaya pemerintah dan mempercepat integrasi layanan gizi dalam JKN. Ketiga, filantropi kesehatan dapat mendukung pengumpulan data dan evaluasi dampak untuk mengukur keberhasilan integrasi layanan gizi dalam JKN dengan melihat efektivitas program, mengidentifikasi area perbaikan, dan membuktikan manfaat jangka Panjang dari investasi dalam gizi.


Sesi 2 bertajuk “Aspek Kedermawanan dalam Perawatan Paliatif”, dilanjutkan dengan moderator Martina Sinta Kristanti, Ns., M.N., Ph.D dengan topik pertama terkait “Pelayanan Paliatif di Rumah Sakit Pemerintah” yang disampaikan oleh Dr. dr. Maria Astheria Nunik Witjaksono, MPaIIUC dari RS Kanker Dharmais. Pelayanan Paliatif mengafirmasi kehidupan dan menginginkan tercapainya kematian sebagai sesuatu yang wajar, bukan sebuah kesalahan. Pelayanan Paliatif berupaya untuk meningkatkan kualitas hidup seorang pasien dan keluarganya melalui pencegahan dan pengurangan kesakitan dengan identifikasi dini dan penilaian serta pengobatan terhadap nyeri dan/atau masalah lainnya yang berkaitan dengan fisik, psikososial, dan spiritual. Peran aktif filantropi dalam mendukung perawatan paliatif sangat dibutuhkan, baik secara finansial, bantuan fisik, maupun psikososial. Kebutuhan pelayanan paliatif yang terus meningkat akan sangat terbantu dengan keterlibatan filantropis kesehatan di bidang ini.

dr. Ricky Dosan, M.Sc

Topik kedua, “Pelayanan Paliatif di Rumah Sakit Swasta” disampaikan oleh dr. Ricky Dosan, M.Sc dari Tzu Chi Hospital. Tidak berbeda dengan pelayanan paliatif di rumah sakit pemerintah, pelayanan paliatif di rumah sakit swasta juga tetap memerlukan dukungan pihak lain termasuk filantropis kesehatan.Filantropis kesehatan dibutuhkan untuk meningkatkan kapasitas tenaga kesehatan, membantu memenuhi kebutuhan barang dan perawatan harian, menjaga kebutuhan mental tenaga kesehatan memberikan tunjangan kesehatan, dan membantu membiayai kebutuhan klinis yang tidak terduga.

Hamid Abidin, S.S., M.Si.

Topik ketiga sekaligus terakhir, “Potensi Urun Dana dalam Pelayanan Kesehatan di Indonesia” dihaturkan oleh Hamid Abidin, S.S., M.Si. dari Perhimpunan Filantropi Indonesia. Hamid menuturkan, bahwa bentuk urun daya untuk pelayanan paliatif dapat berupa dana, ide/gagasan pengembangan program dan fundraising, barang/produk, tenaga, keahlian, pengaruh/kepercayaan, dan jaringan. Beberapa strategi bagi para filantropis untuk dapat urun daya antara lain; secara donasi langsung atau tidak langsung (seperti membeli produk, membayar jasa, berpartisipasi dalam event/acara amal). Maka, beberapa rekomendasi yang dapat dilakukan kedepannya terkait filantropi untuk pelayanan paliatif adalah pemberian pemahaman kepada donatur mengenai pentingnya menyumbang pelayanan paliatif, meningkatkan kapasitas pegiat dan pengelola organisasi nirlaba dalam mengemas, mengkomunikasikan dan memasarkan pelayanan paliatif secara kreatif, dll.

Sebagai penutup kegiatan, Jodi selaku Ketua Forum Nasional menyimpulkan bahwa filantropi tidak dapat bergerak sendiri dan harus bekerja sama dengan berbagai pihak. Harapannya, forum nasional ini tidak hanya memetakan peluang tapi juga mampu mengimplementasikan upaya peningkatan kualitas kesehatan masyarakat melalui jalan filantropi kesehatan. Forum juga mengumumkan pemenang abstrak.

Sampai jumpa di Forum Nasional Filantropi selanjutnya.

Reporter: dr. Alif Indiralarasati (PKMK UGM)