Jakarta – Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno mengingatkan masyarakat untuk tidak membuat konten yang mengeksplotasi kedermawanan masyarakat Indonesia. Hal ini buntut viralnya kasus mandi lumpur yang disiarkan secara live di TikTok. Konten tersebut melibatkan lansia yang membuat masyarakat iba dan berujung memberikan hadiah.
Menurut Sandiaga, konten mandi lumpur menjadi viral karena orang Indonesia terkenal dermawan. “Jadi, kalau ada yang menyentuh hati, aduh kasian, akan sangat populer. Karena orang Indonesia sangat dermawan, begitu lihat seperti itu langsung tersentuh dan transfer. Yuk, tolong,” kata Sandiaga melalui video pendek yang dia unggah dalam utas melalui akun Twitter resmi @sandiuno, Minggu, 29 Januari 2023.
Sandiaga pun mengingatkan masyarakat untuk membuat konten media sosial yang cerdas, mendidik dan menginspirasi. Rumusnya, kata dia, adalah FAST, yakni singkatan dari Fatonah, Amanah, Shidiq, dan Tabligh.
Mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta ini mengatakan konten yang dibuat untuk media sosial mesti harus otentik, apa adanya, dan tidak menipu. Selain itu, jujur dan transparan. Misalnya, ketika membuat konten yang melibatkan interaksi dan donasi, pembuat konten harus menyampaikan hasil dan pengalokasian dana donasi tersebut.
“Sampaikan yang baik-baik. Sebuah konten akan lebih bernilai kalau kontennya baik,” ujar Sandiaga. “Menjadi konten creator bukan hanya sebagai penghasil cuan. Tapi harus membawa nila-nilai kebaikan dan kebermanfaatan.”
Sebelumnya, konten mengemis daring yang semakin marak di berbagai media sosial tersebut mencuat setelah salah satu akun TikTok bernama TM Mud Bath menuai banyak kritik dari warganet karena siaran langsung di TikTok yang berisi mandi lumpur. Konten itu juga melibatkan lansia yang membuat masyarakat iba dan berujung memberikan hadiah.
Kepala Program Studi (Prodi) Sosiologi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Luluk Dwi Kumalasari pun mengajak masyarakat berhenti memberikan hadiah atau gift pada konten-konten yang mengeksploitasi termasuk pada lansia.
“Konten eksploitasi lansia yang menjadi fenomena baru mengemis secara daring ini membuat resah masyarakat. Fenomena ini juga membuat miris, karena meminta belas kasih orang lain, bahkan kini muncul di dunia maya,” kata Luluk.
Menurut Luluk, yang melatarbelakangi maraknya mengemis daring adalah kemajuan teknologi. Apalagi media sosial memberi kebebasan dan kemudahan untuk mengekspresikan diri untuk tujuan apapun, termasuk mencari uang. Selain itu, kemiskinan dan tuntutan yang semakin tinggi mendorong orang mencari cara instan mendapatkan keuntungan.
“Ngemis daring adalah solusi yang tepat menurut mereka karena mendapatkan uang yang berasal dari pemberian netizen. Selain itu, juga adanya kesempatan, tidak adanya batasan tegas dari pihak media sosial dalam memilih dan memilah konten mana yang boleh dipublikasi dan tidak,” jelasnya.