Kegiatan dimulai dengan pengantar dari dr. Jodi Visnu MPH mengenai topik “Mengapa Program Filantropi Membutuhkan Influencer?” Jodi menjelaskan definisi dan unsur filantropi yaitu voluntary action for public goods, terorganisir, berdampak strategis dan berkelanjutan. Tipe pemberi dana juga bisa dibagi menjadi 2 kelompok: yaitu High Networth Individual (HNWI), dimana masing – masing ini memiliki sektor prioritas yang berbeda. Dalam filantropi komunitas sendiri, dimana yang menyumbang banyak dengan jumlah sumbangan sedikit, kita harus dengan cermat menentukan menentukan influencer. Secara definisi influencer adalah seseorang bisa memberikan pengaruh, namun dalam konteks filantropi, influencer dianggap penting di komunitas tertentu.
Indonesia dengan 338.2 juta pengguna telefon genggam dan rata – rata waktu menggunakan social media selama 3 jam per hari, pengaruh influencer dalam menggerakkan atau mempengaruhi suatu kebiasaan sangat besar dampaknya. Dalam memilih influencer, hal penting yang perlu diperhatikan adalah bagaimana seorang influencer memiliki sifat engagement, bisa dilihat dari jumlah pengikut. Selain itu, dalam kasus tertentu, influencer juga harus dijaga kemandirianya dalam menciptakan konten, sehingga tidak mengganggu keautentikan materi dan menghalangi kreativitas mereka.
Acara selanjutnya, MC memperkenalkan narasumber kegiatan ini yaitu Didik Ninik Thowok, seorang seniman kondang yang turut memiliki segudang pengalaman dalam menjadi influencer di filantropi sektor kesehatan. Pada sesi talkshow ini, Didik menjelaskan pengalamanya dalam menjadi influencer dalam penggalangan dana kemanusiaan, salah satunya dalam membantu gempa Jepang 2011 dengan menampilkan karya seni. Didik turut menegaskan bahwa kepedulian untuk menyumbang di sektor kesehatan adalah sangat penting karena manusia sehat pun pasti ada kalanya sakit. Potensi menyumbang indonesia pun sangat tinggi jika dilihat dari jumlah sumbangan ke tempat – tempat ibadah. Dalam memilih influencer, kita perlu mencari influencer yang paling banyak dikenal dan tidak memiliki afiliasi politik atau agama tertentu, sehingga masyarakat yang mendapat influencer bisa dari berbagai macam golongan. Sebagai seorang komedian, menurut Didik komedi adalah media yang baik dalam sebuah kampanye karena dapat meraih emosi para pemirsa sehingga tujuan dari kampanye lebih mudah tercapai. Selain komedi, pihaknya juga memberikan contoh unsur lain dalam meraih emosi peserta yaitu dengan memanfaatkan unsur tragis guna meraih simpati pemirsa. Tentunya, pemilihan kedua unsur ini perlu disesuaikan dengan tujuan kampanye kemanusiaan yang dijalankan. Unsur terpenting dalam pembuatan kampanye adalah konten, dan butuh seorang sutradara untuk dapat membuat konten yang bagus. Perlu diketahui tidak semua selebriti bisa meyutradarai suatu konten, sehingga dalam pelaksanaanya, pertimbangan untuk memakai jasa sutradara sangat disarankan.
Sebelum menutup kegiatan, acara dilanjutkan dengan sharing pengalaman oleh RS Mardi Lestari dan YAKKUM dalam mendirikan program filantropi kesehatan. Diskusi dan tanya jawab antar peserta dan narasumber dilaksanakan sebagai penutup. (Reporter: dr. Albarissa Shobry Abdalla)